
Gaung Literasi di Sekolah – Sekolah Indonesia
Gaung Literasi di Sekolah – Sekolah Indonesia
Oleh : Firdaus Ahmadi S.T.,M.T
Redaktur Pelaksana Jurnal Ilmiah Universitas Bestari
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan, tahun 2020 akan menjadi tahun terakhir pelaksanaan ujian nasional (UN). UN pada tahun 2021 akan diganti denagan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Asesmen tersebut tidak dilakukan berdasarkan mata pelajaran atau penguasaan materi kurikulum seperti yang selama ini diterapkan dalam ujian nasional, melainkan melakukan pemetaan terhadap dua kompetensi minimum siswa, yakni dalam hal literasi dan numerasi. (Sumber Artikel: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/tahun-2021-ujian-nasional-diganti-asesmen-kompetensi-dan-survei-karakter.
Istilah Literasi dalam agama Islam sudah dikenal sejak diawal ke-Nabian Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam dengan istilah iq’ro (baca – bacalah) di-ayat pertama Al Quran kitab suci umat Islam di surat Al ‘Alaq sebagai pengakuan atas ke-Nabian.
Pada dasarnya Literasi ialah kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis, lalu istilah ini berkembang lagi dengan kata menghitung dan pemecahan masalah, kemudian ditambah lagi dengan kemampuan seseorang untuk memahami, namun sekarang lebih jauh dikembangkan dengan istilah baru, yaitu kemampuan seseorang untuk menganalisis.
"Literasi di sini bukan hanya kemampuan membaca, tetapi kemampuan menganalisis suatu bacaan, dan memahami konsep di balik tulisan tersebut", tutur Mendikbud . (Sumber Artikel: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/tahun-2021-ujian-nasional-diganti-asesmen-kompetensi-dan-survei-karakter)
Dari website Kemendikbud www.kbbi.kemendikbud.go.id, analisis adalah sudah mencakup penyelidikan, penguraian, pencabaran dan pemecahan suatu masalah, suatu kompleksitas yang komplit yang harus dilalui sebagai pengganti UN. Tapi harap dibedakan antara kekuatan analisis Literasi pemecahan masalah anak sekolah SD, SMP, SMA/K hingga Mahasiswa.
Literasi dalam hal ini bukan saja kemampuan seseorang untuk menganalisis pemecahan masalah setelah dipahami apa yang ditulis, dibaca dan dihitung, namun juga kemampuan individu untuk mengevaluasi diri secara kritis dan objektif atas kekurangan dan kelebihan yang dimiliki serta mencari sumber – sumber data dan kesempatan agar literasi - literasinya bisa membantu menyelesaikan masalah – masalah yang ada didirinya dan masyarakat.
Sudah banyak orang yang literasinya bisa merubah, menginsparasi dan membantu orang lain. Seperti contoh literasi; Obat - obat herbal untuk penyakit perut, Bagaimana membuat baterai handphone yang tahan lama, Cara membuat artikel opini dan cerpen yang baik, dan lain – lain, yang penulisannya bisa dilakukan oleh semua orang.
Literasi di Era Disrupsi
Di era disrupsi seperti sekarang ini, Literasi seperti menemukan hidupnya di dunia maya, yaitu kebebasan. Manusia dari orang tua sampai anak sekolah bisa menulis apa saja yang diinginkan, apa lagi sekarang ada media sosial. Namun manusia harus bisa menyaring dan membuat informasi yang baik, penting, bisa membantu orang lain dan relevan untuk menambah khasanah – khasanah literasinya.
Para Penulis dari Pendidik, Profesional, Pelajar sampai orang umum harus bisa menulis dengan baik dan benar, sehingga tidak menimbulkan keresahan dan kebingunan, carilah referensi dari buku – buku, jurnal ilmiah dan sumber – sumber dari orang – orang ahli yang terpercaya.
Tulisannya harus memuat nilai – nilai luhur yang bisa meneduhkan psikologi masyarakat, buatlah tulisan – tulisan sederhana yang bisa menerangkan tentang optimisme – optimisme dan semangat.
Revolusi Literasi bagi Anak Sekolah
Kebijakan baru UN dari Mendikbud Nadim Makarim secara tidak langsung membuat Gaung literasi di Indonesia terutama bagi anak sekolah semakin diterima baik, terutama tambahan istilah baru literasi yaitu: analisis.
Bagi anak sekolah, analisis dalam literasi juga bisa membuka ruang untuk terjadinya Revolusi Literasi, karena besarnya makna yang terkandung di dalamnya. Dari hanya membaca, menulis, berhitung kemudian berkembang sampai harus memahaminya hingga akhirnya bisa ke tingkat menganalisis dalam pemecahan masalah, jelas bukan perkara yang sederhana, karena akan memerlukan keahlian spesifik yang semua anak sekolah sekarang ini harus bisa.
Jadi Revolusi Literasi ini tidak hanya melihat dari istilah baru analisis semata, namun dengan kualitas iterasi bersamaan analisis pemecahan masalah, dan dengan keyakinan tersebut maka Revolusi Literasi akan jauh lebih baik, lengkap, bebas dan uptodate.