Berita
Persyaratan Pendaftaran PPLK
Persyaratan Pendaftaran PPLK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tahun 2025
1. Melampirkan Formulir Pendaftaran PPLK
2. Melampirkan Surat Pernyataan
3. Melampirkan Fotocopy KRS AKTIF yang mengambil PPLK dan KHS yg mengambil MK MICROTEACHING
4. Melampirkan KTM
5. Melampirkan Pembayaaran PPLK
6. MelampIrkan Pembayaran SPP JUNI
NOTED :
- Download Formulir dan Surat Pernyatan di link ini : https://drive.google.com/drive/folders/1sUcIDVp-B0Ya0KwwQ0I1Y8fRE1QSv9aZ
- untuk mahasiswaa offline ciruas persyaratan dikumpulkan ke kampus di Bu Elma (0822-1359-4331).
dengan warna map :
PPKN = HIJAU
PBI = BIRU MUDA
P.MTK = COKLAT
PJKR = ORANGE
PG PAUD = PINK
PGSD = UNGGU
- untuk mahasiswa diluar ciruas persyaratan dikumpulkan melalui link drive, dijadikan 1 file pdf, dengan format nama file : Nama_prodi_asal kampus (contoh : Melati_pgsd_cilengsi). upload persyaratan di link ini: https://drive.google.com/drive/folders/1sW85sf5upVhZj5Rd3dh0pHyLE9MO-7-9
informasi pendaftaran PPLK hubungi Bu Nia (0812-1985-6191)
Edaran Pelaksanaan PPLK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tahun 2025
SURAT EDARAN
NOMOR : 483/SEPPLK/UB/VI/2025
TENTANG
PELAKSANAAN PPPLK TAHUN AKADEMIK
2024-2025
UNIVERSITAS
BESTARI
Melalui
surat edaran ini kami beritahukan kepada mahasiswa Universitas Bestari,
beberapa informasi terkait Program Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPLK) di
Universitas Bestari Tahun Akademik 2024-2025 sebagai berikut
:
1. Workshop PPLK dilaksanakan 21 Juni
2025
2. Pembayaran Workshop dimulai tanggal
10 sampai dengan 20 Juni 2025
3. PPLK akan dilaksanakan pada tanggal
28 Juli 2025 sampai dengan tanggal 30 Agustus 2025
4. Pembayaran PPLK dimulai tanggal 10 Juni
sampai dengan tanggal 10 Juli 2025.
5. Bagi yang sudah membayar PPLK,
pembayaran Workshop Free.
6. Setelah melakukan pembayaran silakan
isi google form untuk pendaftaran dan melengkapi syarat pendaftaran.
Demikian surat edaran ini dibuat agar dapat dipahami dan dilaksanakan
oleh semua pihak, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Perayaan Hari Raya Idul Adha 1446H
Hari Raya Idul Adha, juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu hari besar umat Islam yang diperingati setiap tanggal 10 Zulhijah dalam kalender Hijriyah. Idul Adha merupakan momen penting yang sarat akan nilai keimanan, ketakwaan, dan kepedulian sosial.
Idul Adha merujuk pada peristiwa sejarah ketika Nabi Ibrahim AS menunjukkan kepatuhan luar biasa kepada Allah SWT dengan bersedia mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS, sebagai bentuk ketaatan. Namun, atas izin Allah, Nabi Ismail digantikan dengan seekor domba. Kisah ini menjadi simbol dari keikhlasan, pengorbanan, dan keimanan yang mendalam.
Oleh karena itu, Idul Adha menjadi momentum untuk merefleksikan keikhlasan dalam beribadah dan berbagi kepada sesama, terutama kepada mereka yang kurang mampu.
Salah satu ibadah utama pada Idul Adha adalah penyembelihan hewan kurban, seperti kambing, sapi, atau unta. Daging kurban kemudian dibagikan kepada:
1. Keluarga yang berkurban
2. Tetangga dan kerabat
3. Fakir miskin dan kaum dhuafa

Proyek Penelitian Minor : Mendorong inovasi Melalui Skala Kecil
Proyek Penelitian minor adalah kegiatan ilmiah berskala kecil yang bertujuan untk mengembangkan kemampuan dasar mahasiswa atau peneliti pemula dalam melakukan penelitian. universitas Bestari melaksakan workshop proyek penelitian minor pada hari Sabtu, tanggal 31 mei 2025 yang bertujuan untuk mengenalkan kepada mahasiswa apa itu proyek penelitian minor. memperkealkan metodologi ilmiah, membangun pemhaman kritis, dan mendoorng inovasi.
Tujuan uatam dari proyek penelitian minor ini adalah memberikab pengalaman awal dalam merancang dan melaksanakan penelitian. hal ini meliputi kemmampuan menyusun rumusan masalah, merancang metode, mengumpulkan dan menganalissi data hingga menyusun laporan akhir. Denagn ruang lingkup yang lebih sempit. Mahasiswa dapat lebih fokus mengeksplorasi satu variabel atau isi tertentu.
Manfaat proyek penelitian minor ini adalah:
1. Pengembangan Keterampilan Penelitian
2. Pemahman Metodologi
3. Persiapan Penelitian dalam melaksanakan skripsi

Lowongan Dosen
Lowongan Dosen Tetap
Teknik Industri dan Teknik Informatika.
Persyaratan :
- S1 S2 Linear
- Pria/Wanita
- Bertanggungjawab
- Diutamakan yang belum punya NIDN
Berkas lamaran dikirimkan ke email:
Universitasbestari@gmail.com
Batas pengiriman lamaran hanya sampai 30 April

Hukum Ringkas Terkait Zakat Fitrah
HUKUM RINGKAS TERKAIT ZAKAT FITRAH
1. Apa hukum zakat fitrah?
Zakat fitrah wajib bagi setiap muslim, muda atau tua, laki-laki atau perempuan, merdeka atau budak. (Majmu' Fatawa Ibni Baz 14/197)
2. Zakat fitrah berupa apa? Berapa ukuranya?
● Dikeluarkan zakat berupa satu sha' makanan, kurma, gandum, kismis, atau susu kering, termasuk di sini -menurut pendapat ulama yang terkuat- semua makanan pokok di suatu negeri, seperti beras, jagung, jewawut (sejenis serealia yang digunakan sebagai makanan pokok), atau yang semisalnya. (Majmu Fatawa Ibni Baz 14/32)
● Kadar satu sha' dengan satuan kilogram adalah sekitar tiga kilogram. (Majmu' Fatawa Ibni Baz 14/203)
3. Kapan dikeluarkan?
Dikeluarkan pada hari ke-28, 29, dan ke-30, juga pada malam sebelum Id serta pagi sebelum salat Id. (Majmu Fatawa Ibni Baz 14/32-33)
4. Siapakah yang berhak menerima zakat fitrah?
Yang berhak hanya satu golongan, yakni orang-orang miskin. (Majmu' Fatawa Ibni Utsaimin 18/259)
5. Bolehkah membayarkan zakat fitrah berupa uang yang senilai?
● Tidak boleh membayarkan berupa uang senilai, menurut mayoritas para ulama. Karena, itu menyelisihi apa yang disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu 'anhum. (Majmu' Fatawa Ibni Baz 14/32)
● Membayar berupa uang tidak sah, karena zakat fitrah itu diwajibkan berupa makanan. (Majmu' Fatawa Ibni Utsaimin 18/265)
6. Zakat fitrah untuk janin apa hukumnya?
Zakat fitrah tidak dibayarkan secara wajib bagi janin yang masih di perut. Hanya dibayarkan secara sunah. (Majmu' Fatawa Ibni Utsaimin 18/263)
7. Kalau zakat fitrah diberikan kepada para pekerja non muslim, bagaimana?
Zakat fitrah tidak boleh diberikan kecuali bagi orang miskin dari kaum muslimin saja. (Majmu' Fatawa Ibni Utsaimin 18/285)
8. Apa hukum orang yang diberi zakat fitrah menjual zakatnya?
Jika orang yang mengambil zakat fitrah itu adalah orang yang berhak, boleh dia menjual setelah menerimanya. (Majmu' Fatawa Lajnah Daimah 9/380)
Sumber:
- Kanal Telegram Majalah Tashfiyah
- Kanal WA Jalan Istiqomah
Dinamika Puasa Ramadhan II : Sholat Tarawih
Dinamika Puasa Ramadhan II : Sholat Tarawih
Semuanya Bisa, Shalat Tarawih Sebelas Rakaat Atau Dua Puluh Tiga Rakaat, Tapi Mana Yang Afdhal?
Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullah, dalam ucapan Aisyah radhiyallahu anhuma :
ما كان يزيد في رمضان ولا في غيره على إحدى عشرة ركعة
“Tidak pernah Rasulullah ﷺ menambah di bulan Ramadan atau di selain Ramadan lebih dari sebelas rakaat.”
Hal ini menunjukkan bahwasanya yang afdal dalam shalat malam di Ramadhan dan selainnya adalah sebelas rakaat, melakukan salam setiap dua rakaat dan melakukan witir satu rakaat.
Dan telah tetap pula dari Aisyah dan juga selainnya, bahwasanya kadang Beliau ﷺ shalat tiga belas rakaat, ini yang paling afdal yang diriwayatkan dan yang paling sahih yang diriwayatkan dari beliau ﷺ, melakukan shalat malam tiga belas rakaat atau sebelas rakaat.
Dan yang afdhal adalah sebelas rakaat, dan jika melakukan mengerjakan tiga belas rakaat maka ini juga bagus dan sesuai sunnah.
Bilangan ini lebih memudahkan manusia dan lebih membantu bagi Imam untuk khusyuk dalam rukuk sujudnya, dalam bacaannya, dalam mentartilkan Al-Quran dan menghayatinya, agar tidak tergesa-gesa dalam segala sesuatu.
Kalau seandainya melakukan salat malam duapuluh tiga rakaat sebagaimana yang dilakukan oleh Umar dan para sahabat pada sebagian malam Ramadan, maka tidak mengapa, perkaranya ada kelapangan.
Dan telah tetap riwayat dari Umar dan beberapa sahabat, bahwasanya mereka melakukan shalat malam sebelas rakaat sebagaimana dalam hadits Aisyah, dan telah tetap juga dari Umar yang ini dan yang ini.
Telah tetap dari Umar bin Al-Khaththaab bahwasanya beliau memerintahkan orang yang ditunjuk menjadi imam, untuk shalat sebelas rakaat, dan telah tetap juga dari mereka, bahwasanya mereka (para sahabat) mengerjakan shalat duapuluh tiga rakaat.
Ini menunjukkan ada kelapangan dalam hal itu, bahwa ternyata di sisi para sahabat, jumlah rakaatnya ada kelapangan. Sebagaimana ditunjukkan oleh sabda Nabi ﷺ :
صلاة الليل مثنى مثنى
“Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat.”
Akan tetapi, yang afdal dari segi bagaimana perbuatan beliau ﷺ adalah sebelas rakaat atau tiga belas rakaat. dan telah berlalu yang menunjukkan bahwasanya yang sebelas rakaat itu lebih afdal berdasarkan ucapan Aisyah radhiyallahu ‘anha :
“Tidak pernah Rasulullah ﷺ menambah di bulan Ramadan atau di selain Ramadan lebih dari sebelasrakaat.”
yakni kebanyakannya.
Al-Jawaab Ash-Shahih fi Ahkaam Shalat At-Tarawih 4-6
#tarawih #rakaat #ramadhan #sebelas_rakaat #duapuluh_tiga_rakaat
Sumber:
https://chat.whatsapp.com/EDSPbabz7ZjD7HwNvYWslK
http://telegram.me/ahlussunnahposo
https://mahad-arridhwan.com/6887/
MALAM LAILATUL QADAR
1. TANDA-TANDA
LAILATULQADAR
Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah
berkata,
"Lailatulqadar
memiliki tanda-tanda yang terjadi pada malam itu dan waktu setelahnya. Adapun
yang terjadi pada malam itu tandanya adalah.
1. Kuatnya cahaya yang
silau dan tidak panas pada malam itu. Inilah tanda pada waktu itu. Tidaklah
merasakannya kecuali orang-orang yang tinggal di daratan yang jauh dari
cahaya-cahaya.
2. Ketenangan hati dan
lapangnya dada seorang mukmin. Dia merasakan ketenangan, ketentraman, dan
kelapangan dada yang lebih pada malam itu daripada malam-malam lainnya.
3. Sebagian ulama
menyebutkan bahwa malam itu terasa tenang tidak ada badai dan angin kencang, bahkan
udara ketika itu seimbang.
4. Allah subhanahu wa taala
memperlihatkannya melalui mimpi, sebagaimana yang terjadi pada sebagian
sahabat.
5. Seseorang merasakan
kelezatan dan semangat yang lebih dalam melakukan ibadah daripada malam
lainnya.
Sementara tanda yang
terjadi setelah malam itu, di antaranya adalah matahari terbit pada pagi
harinya dalam keadaan cerah tanpa terik, tidak seperti biasanya."
Sumber: Al-Syarh al-Mumti‘,
Jilid 6, hlm. 496–497.
Alih Bahasa: Abu Fudhail
Abdurrahman Ibnu Umar غفر الرحمن له.
2. BANYAKNYA
JUMLAH MALAIKAT YANG TURUN KE BUMI PADA LAILATUL QADAR
Syaikh Doktor Abdullah bin Shalfiq Azh-Zhafiri
hafizhahullah :
"Diantara bentuk pengagungan Allah kepada sepuluh
hari terakhir Ramadhan, sesungguhnya Allah memerintahkan Jibril dan seluruh
malaikat langit yang tujuh, agar mereka turun ke bumi pada Lailatul Qadar.
Berapa jumlah malaikat yang turun di bumi?
Apakah seribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu atau satu juta atau
dua juta, puluhan juta atau satu milyaar?
Dengarkan apa yang Allah Azza wa Jalla berfirman :
﴿1﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿2﴾ لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿3﴾ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ
فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿4﴾ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ
الْفَجْرِ ﴿5﴾
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada lailatul qadar.
Dan tahukah kalian apa malam lailatul Qadar itu?
Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu para malaikat
dan Jibril turun dengan ijin Rabb mereka untuk mengatur segala urusan.
Keselamatan pada malam itu sampai terbit fajar.
QS. Al-Qadar 1-5.
Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah membawakan
satu hadits dan dihasankan oleh Ibnu Hajar, Al-Albani rahimahumullah :
Sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda :
"Para malaikat turun pada Lailatul Qadar sampai
terbit fajar (atau sebagaimana yang beliau ﷺ disabdakan) Para malaikat (yg
turun) pada lailatul qadar di bumi itu lebih banyak daripada bilangan
kerikil."
3. TIDAK
PERLU MEMBEDAKAN MALAM GANJIL & MALAM GENAP
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menyatakan,
"Seseorang yang
bersungguh-sungguh pada 10 hari terakhir seluruhnya apakah dalam shalatnya,
bacaan al-qur'annya dan doanya serta yang selainnya dari segala bentuk
kebaikan, maka dia pasti akan mendapat lailatul qadar tanpa diragukan.
Dia
pasti sukses meraih apa yang telah Allah janjikan bagi orang yang melakukannya
apabila mengamalkannya karena dilandasi keimanan dan juga karena ihtisab
(mengharap pahala)."
Majmul Fatawa 6/398.
Sumber:
http://telegram.me/ahlussunnahposo
https://t.me/KEUTAMAANSUNNAH

Dinamika Puasa Ramadhan
Dinamika Puasa Ramadhan (Dari Keutaman Sahur, saat Berpuasa dan Berbuka)
oleh : Firdaus Ahmadi
I. KEUTAMAAN SAHUR.
Adapun mengenai keutamaan sahur, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menjelaskannya dalam beberapa hadits di bawah ini:
1. Dalam sahur terdapat barakah
Dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur terdapat barakah.” (Muttafaqun ‘alaih)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya (Fathul Bari, 4/166):
“Dan yang utama (dari tafsiran barakah yang terdapat dalam hadits) sesungguhnya barakah dalam sahur dapat diperoleh dari beberapa segi, yaitu:
a. Mengikuti Sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam.
b. Menyelisihi ahli kitab.
c. Menambah kemampuan untuk beribadah.
d. Menambah semangat.
e. Mencegah akhlak yang buruk yang timbul karena pengaruh lapar.
f. Mendorong bersedekah terhadap orang yang meminta pada waktu sahur atau berkumpul bersamanya untuk makan sahur.
g. Merupakan sebab untuk berdzikir dan berdoa pada waktu mustajab.
h. Menjumpai niat puasa bagi orang yang lupa niat puasa sebelum tidur.
2. Pujian Allah Ta’ala dan doa para malaikat terhadap orang-orang yang sahur
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Makan sahur adalah barakah. Maka janganlah kalian meninggalkannya meskipun salah satu di antara kalian hanya minum seteguk air. Sesungguhnya Allah ta’ala dan para malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang sahur.” (HR. Ahmad, hadits hasan, lihat Shahihul Jami’ish Shaghir, 1/686 no. 3683)
3. Menyelisihi puasa ahli kitab
Dari ‘Amr bin Al-‘Ash radiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Yang membedakan antara puasa kami (orang-orang muslim) dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR. Al-Imam Muslim dan lainnya)
Al-Imam Sarafuddin Ath-Thiibi rahimahullah berkata: “Sahur adalah pembeda antara puasa kita dengan puasa Ahli Kitab, karena Allah ta’ala telah membolehkan kita sesuatu yang Allah Ta’ala haramkan bagi mereka, dan penyelisihan kita terhadap ahli kitab dalam masalah ini merupakan nikmat (dari Allah Ta’ala) yang harus disyukuri.” (Syarhuth-Thiibi, 5/1584).
II. SAAT SAHUR, SAAT BERISTGHFAR
Allah Ta’ala berfirman,
وَبِالأٌسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
"Dan tatkala waktu sahur (sebelum subuh) tiba mereka memohon ampun (kepada Allah)."
Surah Adz-Dzariyat: 18
Allah Ta'ala berfirman,
وَالمُسْتَغْفِرِيٰنَ بِالْأَسْحَارِ
"Dan orang-orang yang memohon ampun (kepada Allah) bila tiba waktu sahur (sebelum subuh/fajar)."
Surah Ali Imran: 17
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ، يَقُوْلُ: مَنْ يَدْعُوْنِي، فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فأغْفِرَ لَهُ؟
"Rabb kami Tabaraka wa Ta'ala setiap malam di sepertiga akhir malam turun ke langit dunia. Allah berfirman, 'Siapa yang berdoa kepada-Ku, pasti Aku kabulkan doanya, siapa yang memohon kepada-Ku niscaya Aku penuhi permohonannya, siapa yang memohon ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni ia."
(HR. Al-Bukhari, No. 1145 dan Muslim, No. 758)
Waktu sepertiga akhir malam, saat waktu sahur tiba (waktu sebelum fajar atau subuh) termasuk waktu pengabulan doa. Manfaatkan waktu tersebut untuk memperbanyak istighfar, memohon ampun kepada Allah Subhanahu. Manfaatkan untuk menyampaikan permohonan, keluh kesah, gundah gulana yang berkecamuk di dada. Tumpahkan semua kepada Allah Rabbul 'alamin. Ditulis oleh: Al Ustadz Abul Faruq Ayip Syafruddin hafizhahullah
III. SAAT BERPUASA
Banyak pelajaran yang bisa didapat dari puasa, bukan saja mengharapkan pahala, karena puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, namun juga yang paling penting menahan nafsu yang bisa merugikan baik diri sendiri, keluarga, teman dan masyarakat pada umumnya.
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabrani. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairih)
“Jika pada hari salah seorang diantara kalian berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membuat kegaduhan dan tidak juga melakukan perbutan orang-orang bodoh. Dan jika ada orang yang mencacinya atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” (Muttafaq 'alaihi: Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (IV/118, no. 1904), Shahiih Muslim (II/807)
Puasa merupakan ibadah yang sangat dicintai Allah ta’ala. Hal ini sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ. قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي
“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ta’ala berkata: ‘Kecuali puasa, maka Aku yang akan membalas orang yang menjalankannya karena dia telah meninggalkan keinginan-keinginan hawa nafsunya dan makannya karena Aku’.” (Shahih, HR. Muslim)
Hadits di atas dengan jelas menunjukkan betapa tingginya nilai puasa. Allah ta’ala akan melipatgandakan pahalanya bukan sekedar 10 atau 700 kali lipat namun akan dibalas sesuai dengan keinginan-Nya Ta’ala. Padahal kita tahu bahwa Allah ta’ala Maha Pemurah, maka Dia tentu akan membalas pahala orang yang berpuasa dengan berlipat ganda.
Hikmah dari semua ini adalah sebagaimana tersebut dalam hadits, bahwa orang yang berpuasa telah meninggalkan keinginan hawa nafsu dan makannya karena Allah Ta’ala. Tidak nampak dalam dzahirnya dia sedang melakukan suatu amalan ibadah, padahal sesungguhnya dia sedang menjalankan ibadah yang sangat dicintai Allah ta’ala dengan menahan lapar dan dahaga. Sementara di sekitarnya ada makanan dan minuman.
Di samping itu dia juga menjaga hawa nafsunya dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa. Semua itu dilakukan karena mengharapkan keridhaan Allah Ta’ala dengan meyakini bahwa Allah Ta’ala mengetahui segala gerak-geriknya. Di antara hikmahnya juga yaitu karena orang yang berpuasa sedang mengumpulkan seluruh jenis kesabaran di dalam amalannya. Yaitu sabar dalam taat kepada Allah Ta’ala, dalam menjauhi larangan, dan di dalam menghadapi ketentuan taqdir-Nya Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya akan dipenuhi bagi orang-orang yang sabar pahala mereka berlipat ganda tanpa perhitungan.” (Az-Zumar: 10)
Perlu menjadi catatan penting bahwa puasa bukanlah sekedar menahan diri dari makan, minum dan hal-hal lainnya yang membatalkan puasa. Orang yang berpuasa harus pula menjaga lisan dan anggota badan lainnya dari segala yang diharamkan oleh Allah Ta’ala namun bukan berarti ketika tidak sedang berpuasa boleh melakukan hal-hal yang diharamkan tersebut.
Maksudnya adalah bahwa perbuatan maksiat itu lebih berat ancamannya bila dilakukan pada bulan yang mulia ini, dan ketika menjalankan ibadah yang sangat dicintai Allah Ta’ala. Bisa jadi seseorang yang berpuasa itu tidak mendapatkan faidah apa-apa dari puasanya kecuali hanya merasakan haus dan lapar. Na’udzubillahi min dzalik.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang yang berpuasa agar mendapatkan balasan dan keutamaan-keutamaan yang telah Allah ta’ala janjikan. Diantaranya:
1. Setiap muslim harus membangun ibadah puasanya di atas iman kepada Allah Ta’ala dalam rangka mengharapkan ridha-Nya, bukan karena ingin dipuji atau sekedar ikut-ikutan keluarganya atau masyarakatnya yang sedang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘alaih)
2. Menjaga anggota badannya dari hal-hal yang diharamkan Allah, seperti menjaga lisannya dari dusta, ghibah, dan lain-lain. Begitu pula menjaga matanya dari melihat orang lain yang bukan mahramnya baik secara langsung atau tidak langsung seperti melalui gambar-gambar atau film-film dan sebagainya. Juga menjaga telinga, tangan, kaki dan anggota badan lainnya dari bermaksiat kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah Ta’ala tidak peduli dia meninggalkan makan dan minumnya.” (Shahih HR. Al-Bukhari no. 1804)
3. Bersabar untuk menahan diri dan tidak membalas kejelekan yang ditujukan kepadanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلاَ يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Puasa adalah tameng, maka apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah dia berkata kotor dan janganlah bertengkar dengan mengangkat suara. Jika dia dicela dan disakiti maka katakanlah saya sedang berpuasa.” (Shahih, HR. Muslim)
Dari hadits tersebut bisa diambil pelajaran tentang wajibnya menjaga lisan. Apabila seseorang bisa menahan diri dari membalas kejelekan maka tentunya dia akan terjauh dari memulai menghina dan melakukan kejelekan yang lainnya.
IV. MENYEGERAKAN BERBUKA
Dari Sahal bin Sa’d –radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka” (Muttafaqun Alaihi)
Diriwayat oleh At-Tirmidzi, dari hadits Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- dari nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau bersabda, “Allah ‘azza wa jalla berfirman : Hamba yang paling Aku cintai adalah yang paling menyegerakan berbuka” (Hadits ini dihasankan oleh Attirmidzi dan dishohihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
Faedah Kedua Hadits: 1). Disunnahkannya menyegerakan buka puasa. Para ulama telah sepakat tentang sunnahnya menyegerakan buka puasa jika telah diyakini terbenamnya matahari dengan penglihatan, dengan info yang terpercaya, atau dengan dugaan kuat. 2). Hadits ini menjadi dalil ditetapkannya kebaikan bagi orang yang menyegerakan buka puasa, dan hilangnya kebaikan bagi orang yang mengakhirkannya.
(Asy-Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam Rahimahullah, Taudhih Al Ahkam Syarah Bulughul Maram)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber:
https://t.me/faidahassunnahmanado
Artikel ini juga dibuat dari beberapa sumber Literatur lainnya

Persyaratan Ujian Akhir Semester (UAS)
Persyaratan Mengikuti Ujian akhir Semester untuk seluruh mahasiswa Universitas Bestari
1. Sudah melaksanakan bimbingan dengan Dosen Pembimbing Akademik dibuktikan dengan Buku BCA (Buku Catatan Akademik)
2. Sudah mendapatkan validasi dari biro keuangan berupa KRP
3. Absensi kehadiran pada Mata Kuliah Minimal 80%, jika dibawah 80% harus mendapatkan izin mengikuti UAS dari Dosen Pengampu Mata Kuliah
4.Tertib
